ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TBC

 

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TBC 

 

 

 

Definisi 

Apa pengertian dari gangguan system pernapasan TBC? TBC suatu penyakit system pernapasan yang mengalami peradangan pada paru-paru disebabkan oleh mycobakterium tuberkolosis. 

Etiologi 

Penyakit Tubercolosa Paru disebabkan oleh Mycobakterium Tuberkolosis, yang mempunyai sifat : basil bebentuk batang, bersifat aerob, mudah mati pada air mendidih (5 menit pada suhu 80oC), mudah mati terkena sinar ultra violet (matahari) serta tahan hidup berbulan-bulan pada suhu kamar dan ruangan yang lembab. 

Patofisiologi 

Setelah seseorang menghirup Mycobakterium Tuberkolosis, kemudian masuk melalui mukosiliar saluran pernapasan, akhirnya basil TBC sampai ke alveoli (paru), kuman mengalami multiplikasi di dalam paru-paru disebut dengan Focus Ghon, melalui kelenjar limfe basil mencapai kelenjar limfe hilus. Focus Ghon dan limfe denopati hilus membentuk kompleks primer. Melalui kompleks darah sampai keseluruh tubuh. Perjalanan penyakit selanjutnya ditentukan oleh banyaknya basil TBC dan kemampuan daya tahan tubuh seseorang, kebanyakkan respon imun tubuh dapat menghentikan multiplikasi kuman, namun sebagian kecil basil TBC menjadi kuman Dorman. Kemudian kuman tersebut menyebar kejaringan sekitar, penyebaran secara Bronchogen keparu-paru sebelahnya, penyebaran secara hematogen dan limfogen ke organ lain seperti tulang, ginjal, otak. Terjadi setelah periode beberapa bulan atau tahun setelah infeksi primer, reaktivasi kuman Dorman pada jaringan setelah mengalami multiplikasi terjadi akibat daya tahan tubuh yang menurun/lemah. Reinfeksi dapaat terjadi apabila ada sumber infeksi, jumlah basil cukup, virulensi kuman tinggi dan daya tahana tubuh menurun. 

Tes Diagnostik 

    1. Bakteriologis dengan specimen dahak, cairan pleura, cairan serebrospinalis. 
    2. Dahak untuk menentukan BTA, specimen dahak SPS (sewaktu, pagi, sewaktu). Dinyatakan positif bila 2 dari 3 pemeriksaan tersebut ditemukan BTA positif. 
    3. Foto thoraks : bila ditemukan 1 pemeriksaan BTA positif, bila foto thoraks tidak mendukung maka dilakukan SPS ulang, bila hasilnya negatif berarti bukan TB paru. 
    4. Uji Tuberkulin yaitu pemeriksaan guna menunjukkan reaksi imunitas seluler yang timbul setelah 4-6 minggu pasien mengalami infeksi pertama dengan basil BTA. Uji ini sering dengan menggunakan cara Mantoux test.

Bahan yang dipakai adalah OT (old tuberculin), PPD (purified protein derivate of tuberculin). Cara pemberian, Intra Cutan (IC), pada 1/3 atas lengan bawah kiri, pembacaan hasil dilakukkan setelah 6-8 jam penyuntikan, hasil positif, bila diamter indurasi lebih dari 10 mm, negatif bila kurang adri 5 mm, meragukkan bila indurasi 5-10 mm. 

Pengobatan 

Pengobatan TBC bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah relaps, menurunkan penularan ke orang lain, mencegah terjadinya resistensi terhadap obat. Pengobatan membutuhkan waktu yang lama 6-8 bulan untuk membunuh kuman Dorman. 

Terdapat 3 aktifitas anti TBC yaitu : 

    1. Obat bakterisidal : Isoniasid (INH), rifampisin, pirasinamid. 
    2. Obat dengan kemampuan sterilisasi : rimfapisin, PZA. 
    3. Obat dengan kemampuan mencegah resistensi : rifampisin dan INH, sedangkan etambutol dengan streptomisin kurang efektif.

Cara pengobatan terdiri dari 2 fase: 

  1. Fase initial/fase insentif (2 bulan) 

Fase ini membunuh kuman dengan cepat, dalam waktu 2 minggu pasien infeksius menjadi tidak infeksi dan gejala klinis membaik BTA positif akan menjadi negatif dalam waktu 2 bulan. 

  1. Fase lanjutan (4-6 bulan) 

Fase ini membunuh kuman persisten dan mencegah relaps. Pada pengobatan ini (fase I dan II) membutuhkan pengawas minum obat (PMO) contoh pengobatan 2 (HRZE)/4 (HR) 3, maksudnya: 

  1. Fase initial obatnya adalah 2 (HRZE), lama pengobatan 2 bulan dengan obat INH, rifampisin, pirazinamid dan etambutol diminum tiap hari. 

  1. Fase lanjutan 4 (HR) 3, adalah lama pengobatan 4 bulan, dengan INH dan rifampisin diminum 3 kali sehari. 

Penularan  

Coba anda lihat baagaimana cara penularan TBC di masyarakat seperti pada gambar dibawah ini, lalu anda berfikir bagaimana cara mencegah penularannya. 

 

 

 

 

Managemen Keperawatan 

  1. Pengkajian  

Batuk lebih dari 3 minggu, berdahak, kadang batuk darah, nyeri dada, sesak napas, demam keringat malam hari, lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, riwayat paparan TBC, riwayat vaksinasi. Suara napas bronchial, ronchi basah, gerakan napas tertinggal, perkusi redup. 

  1. Diagnose keperawatan dan intervensi 

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang ada, keterbatasan kognitif atau salah interpretasi. Tujuan : pasien memahami proses penyakit dan kebutuhan pengobatan dirinya intervensi : 

    1. Kaji pengetahuan tentang penyakitnya, indetifikasi salah persepsi dan reaksi emosi. 
    2. Kaji kemampuan dan perhatian untuk belajar, tingkat perkembangan dan hambatan untuk belajar. 
    3. Identifikasi support system termasuk orang lain yang berperan. 
    4. Ciptakan hubungan saling percaya antara pasien-pasien perawat dan lainnya. 
    5. Ajarkan tentang TBC dan penetalaksanaannya meliputi. 
    6. Sifat penyakit dan penyebarannya. 
    7. Tujuan pengobatan dan prosedur control. 
    8. Pencegahan penyakit ke orang lain. 
    9. Pentingnya memelihara kesehatan dengan diet TKTP, latihan dan istirahat yang teratur, hindari merokok. 
    10. Nama obat, dosis, tujuan dan efek samping dari masing-masing obat. 
    11. Minum cairan 2,5 – 3 liter tiap hari. 
    12. Segera lapor ke dokter bila ada, nyeri dada, betuk darah, kesulitan bernapas, penurunan penglihatan, penurunan pendengaran.

6). Dokumentasikan seluruh pengajaran dan hasilnya. 

Ketidakefektifan penatalaksanaan terapi obat berhubungan dengan ketidakmampuan mengelola penatalaksanaan pengobatan yang cukup komplek dan lama. Tujuan: klien mendapatkan program pengobatan yang memadai dan paripurna intervensi : 

    1. Kaji kemampuan perawatan diri klien dan adanya support system. 
    2. Kaji pengetahuan dan pengertian klien terhadap penyakit, komplikasi, penatalaksanaan dan risiko yang lain, bila perlu berikan pengetahuan tambahan. 
    3. Kolaborasi dengan keluarga atau lainnya untuk mengidentifikasi hambatan pengobatan. 
    4. Berikan instruksi secara tertulis atau verbal dengan jelas tentang pemberian obat dan caranya. 
    5. Rujuk klien ke pelayanan kesehatan masyarakat untuk memberikan pengobatan lanjutan.

Risiko penyebaran infeksi berhubungan dengan sifat basil mikrobakterium tuberkulosa yang tahan hidup setelah disekresikan. 

Tujuan: 

    1. Mengindentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko penyebaran infeksi. 
    2. Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.

Intervensi: 

    1. Kaji patologi penyakit (fase aktif atau bta (+)) dan potensial penyebaran infeksi melalui batuk, bersin, meludah, bicara. 
    2. Indentifikasi prang lain yang berisiko tertular : anggota keluarga, sahabat. 
    3. Anjurkan untuk batuk/bersin dengan menutup mulut/hidung dengan tissue yang dissposible. 
    4. Buang tissue bekaas tersebut pada tempat yang layak. 
    5. Anjurkan untuk meludah atau mengeluarkan dahak pada wadah yang telah diberikan disinfektan. 
    6. Kaji kontrol penyebaran infeksi, gunakan masker atau isolasi pernapasan. 
    7. Identifikasi faktor risiko infeksi berulang seperti status nutrisi, adanya dm, penggunaan kortikosteroid, hiv, kanker, dsb. 
    8. Anjurkan untuk pemeriksaan dahak ulang sesuai anjuran. 
    9. Penting !!! Kolaborasi pemberian pengobatan OAT (obat anti tbc).

Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan proses infeksi paru. Tujuan: klien memperlihatkan RR dalam batas normal dan tidak melaporkan adanya sesak napas intervensi : 

    1. Kaji RR dan kenyamanan untuk bernapas. 
    2. Asukultasi suara napas. 
    3. Kumpulkan spesimen sputum untuk pemeriksaan bta/kultur, observasi warna, jumlah dan konsistensi sputum. 
    4. Rencanakan aktivitas klien yang diikuti periode istirahat. 
    5. Anjurkan cukup cairan bila tidak ada kontra indikasi. Laksanakan program pengobatan.

Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekret kental, upaya batuk buruk, kelemahan. 

Tujuan : jalan napas klien paten, mengeluarkan sekret tanpa bantuan, menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/mempertahankan jalan napas, berpartisipasi dalam program pengobatan. 

Intervensi : 

    1. Kaji fungsi pernapasan : kedalaman pernapasan dan penggunaan otot bantu napas. 
    2. Kaji kemampuan untuk batuk efektif. 
    3. Ajarkan batuk efektif. 
    4. Posisi semi fowler tinggi. 
    5. Bersihkan sekret dari mulut, bila perlu lakukan penghisapan. 
    6. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml per hari. 
    7. Kolaborasi pemberian mukolitik, bronkhodilator.

Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, sering batuk, dispnea. Tujuan: berat bada klien menuju BB ideal, perubahan pola hidup untuk mempertahankan/meningkatkan BB ideal. Intervensi : 

    1. Kaji status nutrisi pasien secara periodik. 
    2. Berikan diet TKTP. 
    3. Anjurkan untuk membawa makanan darii rumah bila tidak nafsu makan dari RS. 
    4. Anjurkan makn sedikit-sedikit tetapi sering. 
    5. Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan. 
    6. Tingkatkan nafsu makan klien dengan : ruangan bebas bau yang tidak sedap, atur jadwal tindakan perawatan dengan jam makan, sediakan menu yang menarik.
ads
Powered by Blogger.