Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertensi


A. Definisi 

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan pada sistol diatas 139             mmHg atau tekanan diastole diatas 90 mmHg.

B. Etiologi

Penyebab hipertensi pada umumnya tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac Output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi, antara lain :

  1. genetik : Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Natrium.

  2. Obesitas : terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.

  3. stress lingkungan.

  4. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada usia lanjut serta pelebaran pembuluh darah. Sekarang bandingkan jawaban Anda dengan uraian diatas.

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

  1. Hipertensi

Esensial (Primer) yaitu hipertensi dimana penyebabnya tidak diiketahui namun banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkunan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, System rennin angiotensin, efek dari eksresi Natrium (Na). obesitas, merokok, dan stress. 

      

      2. Hipertensi Sekunder

          Hipertensi yang diakibatkan karena penyakit ginjal atau penggunaan kotrasepsi hormonal.

 

    Proses atau patofisiologi terjadinya hipertensi diawali dari meningkatnya tekanan darah atau hipertensi bisa terjadi melaluo beberapa cara, yaitu :

 

1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak darah pada setiap detiknya atau stroke volume.

 

2. Arteri besar kehilangan kelenturannya maka menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut, karenanya darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang semput dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan darah. inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis.

 

3. Tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan sarah atau hormon di dalam darah. 

 


Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah, hal ini terjadi jika terdapat kelain fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh, volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat, kondid akan lebih buruk pada usia lanjut, karena penyempitan pembuluh darah yang disebabkan arterioksis, sebaliknya jika: aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, karena tekanan darah tidak tinggi, sehingga banya cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan didalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari system saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara : jika terkanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan darah tetap normal.


    Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut rennin, yang memicu pembentukan hormone angiotensin, yang memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.

    Sistem sarah simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk sementara waktu akan : meningkatkan tekanan darah selama respon fight - or - flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar). Meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak). Mengurangi pembuangan air dan garang oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh. Melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah.

C. Gejala

    Manifestasi klinis pada pasien dengan hipertensi antara lain meningkatnya tekanan sistole di atas 140 mmHg atau tekanan diastole di atas 90 mmHg, sakit kepala bagian belakang, epistaksis/mimisen, rasa berat ditengkuk, suka tidur, mata berkunang-kunang, lemah dan lelah. Manifestasi klinis di atas tidak semua harus muncul, yang terpenting adalah adanya peningkatan tekanan darah yang abnormal. Dengan adanya hipertensi, akan menimbulkan komplikasi pada organ-organ tubuh lain, organ tubuh yang sering mengalami komplikasi akibat hipertensi antara lain mata berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebuataan, gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak/stroke.

     Untuk mengindari komplikasi maka diperlukan penatalaksanaan, untuk pelnatalaksanaanya di bagi menjadi 2 yaitu penatalaksaan farmakologis dan nonfarmakologis. Sedankan yang dimaksud dengan penatalaksaan farmakologis adalah penatalaksanaan dengan menggunakan obat-obatan, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu: mempunyai efektivitas yang tinggi, mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal, memungkinkan penggunaan obat secara oral, tidaj menimbulkan intoleransi, harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh pasien dan memungkinkan penggunaan dalam jangka panjang. Golongan obat-obatan yang diberikan pada pasien dengan hipertensi antara lain golongan diuretik, golongan beta bloker, golongan antagonis kalsium, golongan penghambat konversi rennin angitensin.

    Sedangkan penatalaksaan hipertensi golongan nonfarmakologis antara lain : Diet dengan pembatasan atau pengurangan konsumsi garam, penurunan Berat Badan akan dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar aldosteron dalam plasma. Aktivitas, pasien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang. Nah, setelah Anda belajar penatalaksanaan, selanjutnya Anda akan belajar tentang pemeriksaan penunjang/test diagnostik. Pemeriksaan penunjang untuk pasien hipertensi sebenarnya cukup dengan menggunakan tensi meter tetapi untuk melihat komplikasi akibat hipertensi, maka diperlukan pemeriksaan penunjang antara lain :

  1. Hemoglobin/Hematikrit: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor risiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.

  2. Blood Urea Nitrogen (BUN)/Kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.

  3. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetus Militus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.

  4. Urinalisa: darah. protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan ada Diabetus Militus.

  5. EKG: Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

  6. Foto thorak: pembesaran jantung.


D. Asuhan Keperawatan

    Proses keperawatan yang diawali dari pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan, penyusunan rencan keperawatan, implementasi dan evaluasi. Pengakjian keperawatan pada pasien hipertensi dimulai dari :

  1. Aktivitas/Istirahat. Meliputi Gejala: kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup. Tanda: Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.

  2. Sirkulasi, Meliputi Gejala: Riwayat Hipertensi, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit stroke, episode palpitasi. Tanda: Kenaikan Tekanan Darah Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, tikikardi, mirmir stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/bertunda.

  3. Integritas Ego. Meliputi Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan, Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, tangisan meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.

  4. Eliminasi. Meliputi Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu). Tanda meliputi jumlah dan frekuensi buang air kecil.

  5. Makanan/Cairan. Meliputi Gejala : Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini serta riwayat penggunaan obat diuretik. Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria.

ads
Powered by Blogger.