Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Peradangan pada Telinga (Otitis Media)

 

 
 
 
Definisi

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah termasuk tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastiud, Otitis media terbagi menjadi 2 yaitu otitis media akut dan otitis media kronik.

Otitis media kronik adalah peradangan kronik yang mengenai mukosa dan struktur tulang di dalam kavum timpani, Otitis media kronik sendiri adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode berhubugnan dengan perforasi menetap membrane timpani. Infeksi kronik telinga tengah tak hanya mengakibatkan kerusakan membrane timpani tetapi juga dapat menghancurkan osikulus dan hampir selalu melibatkan mastoid. Sebelum penemuan antibiotik, infeksi mastoid merupakan infeksi yang mengancam jiwa.

Sekarang, penggunaan antibiotic yang bijaksana pada otitis media akut telah menyebabkan mastoiditis koalesens akut menjadi jarang. Kebanyakan kasus mastoiditis akut sekarang ditemukan pada pasien yang tidak mendapatkan perawatan telinga yang memadai dan mengalami infeksi telinga yang tak ditangani. Mastoiditis kronik lebih sering, dan bebrapa dari infeksi kronik ini, dapat mengakibatkan pembentukan kolesteatoma, yang merupakan pertumbuhan kulit ke dalam (epitel skuamosa) dari lapisan luar membrane timpani ke telinga tengah. Kulit dari membrane timpani lateral membentuk kantong luar, yang akan berisi kulit yang telah rusak dan bahan sebaseus. Kantong dapat melekat ke struktur telinga tengah dan mastoid. Bila tidak ditangani, kolesteatoma dapat tumbuh terus dan menyebabkan (akibat erosi telinga dalam) dan abses otak. Otitis media sering dijumpai pada anak-anak di bawah usia 15 tahun.

Otitis media akut adalah keadaan dimana terdapatnya cairan di dalam telinga tengah dengan tanda dan gejala infeksi. Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah, yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Otitis media akut bisa terjadi pada semua usia, tetapi paling sering ditemukan pada anak-anak terutama usia 3 bulan - 3 tahun.

Etiologi

Otitis media disebabkan oleh : streptococcus, Stapilococcus, Diplococcus, pneumonie, Hemopilus influens, Gram positif : S. Pyogenes, S. Albu, Gram Negatif : Proteus spp, Psedomonas spp, E. Coli, Kuman anaerob : Alergi, diabetes melitus, TBC paru. Proses terjadinya atau patofisiologi otitis media pada umumnya otitis media dari nasofaring yang kemudian mengenai telinga tengah, kecuali pada kasus yang relatif jarang, yang mendapatkan infeksi bakteri yang membocorkan membran timpani.

Stadium awal komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema pada mukosa tuba eusthacius bagian faring, yang kemudian lumennya dipersempit oleh hiperplasi limfoid pada submukosa. Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh terkumpulnya cairan eksudat dan transudat dalam telinga tengah, akibatnya telinga tengah menjadi sangat rentan terhadapt infkesi bakteri yang adtang langsung dari nasofaring. Selanjutnya faktor ketahanan tubuh pejamu dan virulensi bakteri akan menentukan progresivitas penyakit.

Gejala

Berdasarkan patofisiologi diatas maka gejala yang muncul pada otitits media akut adalah gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratny infeksi dan bisa sangat ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa. Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang yang dapat dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic (pemberian tekanan posistif atau negative pada telinga tengah dengan insulator balon yang dikaitkan ke otoskop). dapat mengalami perforasi. Otorrhea, bila terjadi rupture membrane keluhan nyeri telinga (otalgia), Sakit telinga yang berat dan menetap, Terjadi gangguan pendengaran yang bersifat sementara, pada anak-anak bisa mengalami muntah, diare dan demam sampai 40,5 derajat Celcius, gendang telinga mengalami peradangan dan menonjol, demam, anoreksia. Sedangkan Otitis Media Kronik muncul gejala dapat minimal, dengan berbagi derajat kehilangan pendengaran dan terdapat otorrhea intermitten atau persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri keculai pada kasusmastoiditis akut.

Dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan edema. Kolesteatoma, sendiri biasanya tidak menyebabkan nyeri. Evaluasi otoskopik membrane timpani memperlihatkan adanya perforasi, dan kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa putih di belakang membrane timpani atau keluar ke kanalis eksterna melalui lubang perforasi. Kolesteatoma dapat juga tidak terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil audiometrik pada kasus kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau campuran. Penegakkan diagnosa otitis dapat dilakukan dengan anamnese yaitu otore terus menerus/kumat-kumatan lebih dari 6-8 minggu, pendengaran menurun (tuli). Untuk meyakinkan maka perlu dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu fato radiologi mastoid, audiogram untuk melihaat ketulian. Nah, otitis media perlu dilakukan pengobatan dan perawatan yang serius karena untuk menghindari komplikasi, komplikasi otitis media adalah : meningitis, Abses ekstradural, Abses otak. Untuk menghindari komplikasi dan dampak yang lebih serius pengobatan maka diperlukan pengobatan otitis antara lain :

  1. Anti biotik : Ampisilin/Amoksilin, (3-4 x 500 mg oral) atau klimodomisin (3x150-300mg oral) per hari selama 5-7 hari.
  2. Pengobatan sumber infeksi di rongga hidung dan sekitarnya.
  3. Perawatan pada otitis dengan perhidoral 3% dan tetes telinga (Kloranphenikol 1-2%)
  4. Pengobatan alergi bila ada riwayat.
  5. Pada stadium kering di lakukan miringoplastik.

Asuhan Keperawatan

Setelah tentang konsep dari otitis media, selanjutnya tentang proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian, penyusunan diaagnosa keperawatan, penyusunan rencan tindakan dan penentuan evaluasi. Penngkajian keperawatan pada pasien otitis media meliputi pengumpulan data yang terdiri dari :

  1. Identitas Pasien.
  2. Riwayat adanya kelainan nyeri.
  3. Riwayaat infeksi saluran napas atas yang berulang.
  4. Riwayat alergi.

Sedangkan pengkajian fisik meliputi antara lain :

  • Nyeri teling.
  • Perasaan penuh dan penurunan pendengaran.
  • Suhu tubuh meningkat.
  • Malaise.
  • Nausea Vomiting.
  • Vertigo
  • Ortore.
  • Pemeriksaan dengan otoskop tentang stadium.

Pengkajian psikososial meliputi :

  • Nyeri otore berpengaruh pada interaksi.
  • Aktifitas terbatas.
  • Takut menghadapi tindakan pembedahan. 

Pemeriksaan penunjang untuk melihat dampak dari adanya otitis media meliputi :

  • Tes Audiometri : pendengaran menurun.
  • X  ray : terhadap kondisi patologi.

Diagnosis dan Intervensi Keperawatan

Setelah diagnosa keperawatan tersusu, maka intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan meliputi :

1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada jaringan telinga tengah. Tujuan: Penurunan rasa nyeri. Intervensi : Kaji tingkat intensitas klien & mekanisme koping pasien, berikan analgetik sesuai indikasi, alihkan perhatian pasien dengan menggunakan teknik-teknik relaksasi : distraksi, imajinasi terbimbing.

2. Perubahan sensori/persepsi audiotorius berhubungan dengan gangguan penghantaraan bunyi pada organ pendengaran. Tujuan : Memperbaiki komunikasi. Intervensi : mengurangi kegaduhan pada lingkungan klien. Memandang klien ketika sedang berbicara, Berbicara jelas dan tegas pada klien tanpa perlu berteriak. Memberikan pencahayaan yanag memadai bila klien bergantung pada gerab bibir, menggunakan tanda-tanda nonverbal (mis. Ekspresi wajah, menunjuk, atau gerakan tubuh) dan bentuk komunikasi lainnya, Intruksikan kepada keluarga atau orang terdekat klien tentang bagaiman teknik komunikasi yang efektif sehingga mereka dapat saling berinteraksi dengan klien. Bile klien menginginkan dapat digunakan alat bantu pendengaran.

3. Gangguan Body Image berhubungan dengan paralysis nervus fasialis. Intervensi: Kaji tingkat kecemasan dan mekanisme koping klien terlebih dahulu. Beritahukan pada klien kemungkinan terjadinya facial palsy akibat tindak lanjut dari penyakit tersebut. Informasikan bahwa keadaan ini biasanya hanya bersifat sementara dan akan hilang dengan pengobatan yang teratur dan rutin.

4. Ancietas berhubungan dengan prosedur pembedahan: miringoplasty/mastoidektomi. Interrvensi: Kaji tingkat kecemasan klien dan anurkan klien untuk mengungkapkan kecemasan serta keprihatinannya mengenai pembedahan, informasi mengenai pembedahan dan lingkungan ruang operasi penting untuk diketahui klien sebelum pembedahan, mendiskusikan harapan pasca operatif dapat membantu mengurangi ansietas mengenai hal-hal yang tidak diketahui pasien.

Langkah yang terakhir dalam asuhan keperawatan pada pasien otitits media adalah evaluasi, dimana evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi keperawatan sehubungan dengan keluhan dan pemeriksaan fisik menunjukkan hasil yang normal. Intervensi dikatakan efektif bila tingkah laku pasien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Dalam evaluasi, perawat melakukan pengkajian ulang tentang keluhan dan terapi yang diberikan pada pasien serta perilaku pasien setelah melakukan implementasi dari intervensi. Evaluasi menggunakan observasi, mengukur dan wawancara dengan pasien.

ads
Powered by Blogger.