Asuhan Keperawatan pada pasien dengan peradangan pada mata (konjungtivits)
A.Definisi
Pengertian konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, alergim virus, dan sika.
B. Etiologi
Penyebab konjungtivitis antara lain: virus, bakteri, jamur, alergi (cuaca, debu, dll), bahan kimia (polusi udara, sabun, kosmetik, chlorine, dll,), trauma. kongjungtiva merupakan bagian dari mata yang selalu berhubungan dengan dunia luar maka dimungkinkan konjungtiva terpapar/terinfeksi oleh mikroorganisme sangat besar. Pertahanan konjungtiva terutama oleh karena adanya tear film, pada permukaan konjungtiva yang berfungsi melarutkan kotoran dan bahan-bahan yang toksik kemudian mengalirkan melalui saluran lakrimalis ke meatus nasi inferior. tear film mengandung beta lysine, lysozne, lg A, lg G yang berfungsi menghambat pertumbuhan kuman. Apabila ada kuman pathogen yang dapat menembus pertahanan tersbut sehingga terjadi infeksi konjungtica yang disebut konjungtivitis. Infeksi ini dapat terjadi karena adanya kontak langsung antara Neisseria Gonorrhoika dengan konjungtiva.
Konjungtivitis dibedakan atas 3 stadium, yaitu:
- Stadium Infiltrat, berlangsung selama 1-3 hari. Dimana palpebra bengkak, hiperemi, tegang, bleparospasme. Konjungtiva palpebra hiperemi, bengkak, infiltrat mungkin terdapat pseudomembran diatasnya. Pada konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva yang hebat, kemotik, sekret sereus kadang-kadang berdarah.
- Stadium Supuratif atau Purulenta, berlangsung selama 2-3 minggu. Gejala-gejala tak begitu hebat lagi. Palpebra masih bengkak, hiperemis, tetapi tak begitu tegang. bleparospasme masih ada. Sekret campur darah, keluar terus menerus apabila palpebra dibuka yang khas adalah sekret akan keluar dengan mendadak (memancar muncrat) oleh karena itu harus hati-hati bila membuka palpebra, jangan sampai mengenai mata pemeriksa.
- Stadium Konvalesen (penyembuhan Hupertropi papil. Berlangsung 2-3 minggu. Gejala tak begitu hebat lagi. Palpebra sedikit bengkak, konjungtiva palpebra hiperemi, tidak infiltrat. Injeksi konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva masih nyata, tidak kemotik, sekret jauh berkurang.
C. Gejala
Tanda dan gejala pada saat pemeriksaan mata pada pasien konjungtivitis yaitu:
- Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.
- Produksi air mata berlebihan (epifora).
- Kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas.
- Pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi nospesifik peradangan.
- Pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya.
- Terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein).
- Terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein).
- Dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah).
- Fotofobia (keengganan terhadap cahaya).
- Rasa panas dan gatal pada mata adalah khas untuk konjungtivitis alergi.
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa konjungtivitis sebenarnya cukup dengan anamnese dan pemeriksaan fisik, tetapi untuk meyakinkan maka diperlukan pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang poliimorfonujklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.
D. Asuhan Keperawatan
Konjungtivitis dapat menimbulkan komplikasi, hal ini tergantung dari jenis mikroorganismenya yaitu: Stafilokok dapat menyebabkan blefarokonjungtivitis, Gonokok menyebabkan perforasi kornea dan endoftalmitis, dan meningokok dapat menyebabkan septikemia atau meningitis Keratitis. Virus herpetik dapat menyebabkan parut pada kelopak mata, neuralgia, katarak, glaukoma, kelumpuhan saraf III, IV, VI, atrofi saraf optik, dan kebutaan. Ulkus kornea, infeksi sekunder oleh bakteri, parut kornea, dan neovaskularisasi kornea. Untuk menghindari komplikasi maka diperlukan pengobatan pada konjungtivitis yang meliputi:
- Konjungtivitisi bakteri biasanya diobati dengan tetes mata atau krim antibiotik, tetapi sering sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2 minggu tanpa pengobatan. Karena sangat menular diantara anggota keluarga lain dan teman sekolah, maka diperlukan teknik mencuci tangan yang baik dan pemisahan handuk bagi orang yang terjangkit. Anggota keluarga jangan bertukar bantal atau sprei.
- Kompres hangat pada mata dapat mengangkat rabas.
- Konjungtivitis akibat virus biasanya diobati dnegan kompres hangat. Untuk mencegah penularan, diperlukan teknik mencuci tangan yang benar.
- Kojungtivitis alergi diobati dengan menghindari alergen apabila mungkin, dan pemberian tetes mata yang mengandung antihistamin atau steroid untuk mengurangi gatal dan peradangan.
- Diberikan air mata buatan seumur hidup dan diobati penyakit yang mendasarinya. sebaiknya diberikan air mata buatan tanpa zat pengawet karena bersifat toksik bagi kornea.
- Terapi yang dapat diberikan misalnya vasokonstriksi lokal pada keadaan akut (epinefrin 1:1000), astrigen, steroid topikal dosis rendah dan kompres dingin untuk menghilangkan edemanya. Untuk pencegahan diberikan natrium kromoglikat 2% topkial 4 kali sehari untuk mencegah degranulasi sel mast. Pada kasus yang berat dapat diberikan antihistamin dan steroid sistemik. Penggunaan steroid berkepanjangan harus dihindari karena bisa terjadi infeksi virus, katarak, hingga ulkus kornea oportunistik. Antihistamin sistemik hanya sedikit bermanfaat.
- Konjungtivitis herpetik diobati dengan obat antivirus, asiklovir 400 mg/hari selama 5 hari. Steroid tetes deksametason 0,1% diberikan bila terdapat episkleritis, skleritis, dan iritis, tetapi steroid berbahaya karena dapat mengakibatkan penyebaran sistemik.